Rusia Nggak Ikut Campur Pemilu Indonesia

Dubes Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva. (Foto: Khairizal Anwar/RM)
Dubes Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva. (Foto: Khairizal Anwar/RM

RM.id  Rakyat Merdeka – Rusia tidak mau dituduh ikut campur dalam Pemilu di Indonesia. Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva menyatakan, Pemilu Indonesia merupakan milik masyarakat Indonesia. 

Wanita kelahiran 1964 itu mengaku, mengenal semua kandidat Presiden Indonesia. Dia mengenal Prabowo dan Anies secara personal. Sedangkan Ganjar, dia kurang mengenal. Namun, dia memastikan, Rusia akan terus bekerja sama dengan presiden Indonesia yang terpilih nantinya. 

“Siapa pun yang dipilih masyarakat Indonesia, tentu kami akan menggandeng orang tersebut sebagai partner. Itu tentu saja. Kami akan menghormati pilihan masyarakat Indonesia,” kata Dubes Lyudmila saat diwawancara tim Rakyat Merdeka, Kamis (1/2/2024)

Dia juga tidak mau berkomentar lebih jauh tentang perbedaan Pemilu Indonesia periode ini dengan periode sebelumnya, meskipun dia telah berkantor di Jakarta selama 6 tahun belakangan. “Menurut saya ini adalah proses yang sangat demokratis,” ujarnya.

Dubes Lyudmila berharap, siapapun presiden terpilih di Indonesia nantinya tetap memperkuat dan meningkatkan kerja sama antara Jakarta dan Moskow. 

“Ya, siapapun yang menang pemilu (saya berharap) masih terus membina hubungan baik yang sangat bersahabat yang sudah bertahun-tahun tidak kita nikmati. Dan menurut saya itu juga merupakan keinginan masyarakat Indonesia,” pungkasnya.

Terkait tudingan Mantan Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi yang menyebut Rusia memberikan pendanaan kepada demonstran pro-Palestina di AS beberapa waktu lalu. Menjawab hal itu, Dubes Lyudmila mengatakan,  tudingan itu tidak beralasan dan suatu kebohongan. Sebab, AS selalu menganggap Rusia sebagai musuh mereka. 

“Namun, seperti yang presiden kami katakan, ini adalah perang informasi dan bukan terorisme informasi. Karena seburuk apapun yang terjadi di dunia, Rusia adalah negara besar,” ujarnya. 

Pemilu Rusia

Dalam dua bulan ke depan, Rusia juga akan mengadakan Pemilu. Dia mengomentari berita yang menyudutkan Presiden Rusia Vladimir Putin. Presiden Putin dituduh mengendalikan proses politik Moskow, agar terpilih lagi sebagai presiden. 

Lyudmila mengatakan, sebagai calon presiden yang mencalonkan diri sebagai calon independen, Putin sangat didukung masyarakat di Rusia. Untuk menjadi calon independen, Putin harus menunjukkan 300.000 tanda tangan. Namun Lyudmila berujar, bahkan Presiden yang menjabat selama 22 tahun itu sudah mengumpulkan lebih dari 2 juta tanda tangan.

“Anda tahu, dia didukung oleh orang-orang yang tepat di negara kita, sepertinya 70 persen masyarakat kita sangat mendukung kebijakannya. Tentu saja, mereka bukanlah orang-orang yang menentang, namun mayoritas besar warga Rusia,” kata Lyudmila.

“Mereka mendukung kebijakan yang dikalahkan Presiden Putin di Ukraina. Dan tahukah Anda, kita telah melihat selama bertahun-tahun dia berkuasa, kita melihat betapa dia sangat peduli terhadap negara,” lanjutnya. 

Dubes Lyudmila merasa kehidupan di Rusia sangat aman selama Putin menjabat. Bahkan dia menyebut Moskow sebagai salah satu kota ternyaman dan teraman di dunia. Bahkan Lyudmila merekomendasikan kota tersebut sebagai kota tujuan wisata bagi turis mancanegara.

Dia tidak menampik, kondisi negara rival AS itu sempat berada dalam kondisi yang buruk setelah bubarnya Uni Soviet. Masyarakat mengalami disorientasi, perekonomian hancur, segala sesuatu dijual kepada orang asing. Ia menggambarkan situasi Rusia sebelum Putin memimpin ‘sungguh mengerikan’. 

“Namun, setelah Presiden Putin berkuasa secara perlahan, negara kami mulai bangkit kembali, menurut saya, dan menjadi semakin kuat. Dan lihat apa yang terjadi sekarang, meskipun kami dikenakan sanksi, tapi lihatlah perekonomian kami bertahan,” ujarnya.

Di bawah pemerintahan Putin, Rusia juga menjalin hubungan yang baik dengan negara sahabat, termasuk Indonesia. Rusia kaya akan sumber daya alam dan manusia. Rusia juga mampu mengembangkan teknologi secara mandiri. Menurut Dubes Lyudmila, hal ini mengindikasikan bahwa Barat tidak benar-benar bisa memberikan sanksi terhadap Rusia. 

“Amerika mengatakan bahwa perekonomian kami tidak akan bertahan dari sanksi ini. Namun faktanya, kami melakukannya dengan baik. Dalam arti tertentu, ini adalah sebuah berkah. Karena semua perusahaan transnasional besar AS kini lenyap. Jadi bisnis kami berkembang,” ujarnya.https://nanasapel.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*